Mudik ke kampung halaman adalah hal yang paling seru dan mengasyikkan. Apalagi kenangan mudik waktu kecil dulu. Sungguh suatu kegiatan mudik yang tak terlupakan.
Mudik sering diidentikkan pulang kampung saat lebaran. Padahal sebenarnya mudik bisa dilakukan kapan saja. Tapi mungkin bagi umat muslim mudik lebih terasa maknanya saat lebaran tiba. Karena mudik mempunyai arti menyambung tali silaturahmi yang agar tetap terjaga bersama keluarga.
Dulu ketika saya tinggal di Dumai, Riau dan di Jakarta, selalu tak lupa melakukan agenda mudik setiap setahun atau 2 tahun sekali ke kota Medan kemudian melanjutkan ke desa kecil yang terpencil Pulau Kampai. Sebenarnya saya sih hepi hepi aja kalau mudik, tapi karena jauh sekali perjalanan yang ditempuh sering kali saya harus membawa perlengkapan lengkap selama mudik biar tidak mudah lelah ataupun masuk angin, antara lain obat anti mabuk kendaraan, jamu tolak angin, obat sakit kepala, obat maag, minyak kayu putih dan balsem.
Selama saya mudik ke kampung halaman, sudah 4 transportasi yang saya rasakan selama ini buat bepergian. Masing masih transportasi punya kelebihan dan kekurangan di mata saya sebagai pengguna. Mohon maaf, bukan bermaksud menyombongkan tapi hanya sekedar berbagi pengalaman saja koq 😉
1. Mobil Pribadi
Perjalanan mudik pernah saya dan keluarga lakukan dengan mengendarai mobil pribadi dari kota kecil Dumai ke kota besar Medan. Lamanya perjalanan memakan waktu 12-14 jam. Biasanya kami berangkat konvoi dengan saudara yang lain di malam hari sekitar jam 10 malam.
Tujuan berangkat malam adalah untuk mencegah terjadinya kemacetan, karena malam hari jalanan sudah sepi dan lalu lintas pun lancar. Yang saya suka kalau naik mobil ini adalah perjalanannya santai, bisa melihat pemandangan di pagi hari dengan tidak perlu tergesa gesa karena tidak pakai target jam berapa harus sampai. Sering kali kami harus berhenti 4 sampai 5 kali dalam perjalanan dan mampir ke SPBU atau Mushola untuk beristirahat sejenak 15-30 menit, lalu melanjutkan kembali perjalanan.
Untuk menginap pun kami tidak tidur di hotel tapi tidur di mobil saja. Sederhana tapi nikmat rasanya.
Yang saya tidak suka kalau naik mobil, rasanya lama banget sampenya, belum lagi jalannya yang berkelok kelok jadi bikin pusing dan gampang mabuk.
2. Bus AKAP
Mudik naik bus |
Perjalanan naik Bus AKAP (Antar Kota Antar Propinsi) pun pernah kami tumpangi, lama Perjalanan 10-12 jam dari kota Dumai menuju kota Medan. Bus MAKMUR atau Bus ALS adalah primadonanya bus AKAP di Sumatera Utara ini. Enaknya naik bus bisa menonton film yang diputar di dalam bus. Tapi lebih sering nonton video klip lagu dangdut atau lagu nostalgia wkwk..Kekurangannya kalau naik bus tidak bisa semau gue buat lama lama makan atau istirahat di musholla, karena nanti akan ketinggalan bus.
Selain itu karena mengejar target bus selalu berjalan sangat cepat alias ngebut. Apalagi kalau bertemu dengan bus saingan, sudah deh, pasti balap balapan. Saking ngebutnya saya suka pusing dan mual karena tidak sanggup mengimbangi kecepatan bus dengan jalan yang berkelok kelok pula, haduh.
3. Kapal Laut
Pernah sekali naik kapal laut buat mudik di tahun 2002. Waktu itu saya dan keluarga sudah tinggal di Jakarta. Kebetulan saat itu juga harga tiket pesawat lagi melambung tinggi. Daripada naik bis AKAP dari kota Jakarta ke Medan yang memakan waktu 3 hari 3 malam, kami memutuskan mendingan naik Kapal laut. Pada waktu itu sebenarnya kami tidak mudik pun tidak masalah , tapi karena ada saudara yang menikah sehabis lebaran rasanya tidak enak kalau tidak datang.
Yang kami naiki waktu itu adalah Kapal laut PELNI KM.Kelud. Kapal laut PELNI ini melayani rute Tanjung Priok – Belawan dengan melewati Kepulauan Riau Tanjung Balai Karimun dan Pelabuhan Sekupang Batam. Perjalanan memakan waktu kira kira 2 hari 3 malam . Nilai plusnya naik kapal laut yaitu bisa melihat pemandangan alam yang tak biasa dilihat sebelumnya, hamparan laut luas, terkadang terlihat pulau pulau kecil rasanya puas sekali, dan melihat siluet negeri Singapura dari teras kapal, menakjubkan.
Karena berada di kelas 2 kami dapat menikmati kuliner lezat yang disajikan dalam restoran kapal laut dan studio karaoke, mirip seperti kapal pesiar gitu deh. Sayangnya kami tidak sempat menikmati bioskop mini karena penuh dengan antrian penumpang yang berjubel.
Sedangkan nilai minusnya naik kapal laut, pada awal perjalanan kapal masih terasa melayang layang, badan menjadi limbung hingga perasaan mabuk laut dan mual melanda. Tapi setelah melewati selat sunda menuju Tanjung Balai Karimun kapal kembali normal sehingga kami bisa berjalan jalan ke seluruh dek kapal dari lantai atas tempat kami menginap sampai dek bawah tempat restoran dan fasilitas lainnya berada.
4. Pesawat Terbang
Pesawat terbang adalah transportasi yang paling cepat perjalanannya dibanding yang lain. Jika naik bis dan kapal laut butuh waktu berhari hari untuk sampai dari Jakarta ke Medan, naik pesawar terbang hanya memakan waktu 2 jam setengah saja. Paling yang lama hanya perjalanan menuju bandara saja karena ikut kena macet di jalan.
Naik pesawat memang transportasi favorit buat perjalanan yang jauh. Namun bila harga tiket pesawat melambung tinggi seperti sekarang ini, naik pesawat menjadi dilema karena harganya naik menjadi 2 kali lipat.
Konon katanya masih lebih murah naik pesawat merek negara tetangga 2 kali perjalanan pulang pergi dibanding pesawat lokal pada 1 kali perjalanan.
Berharap suatu saat harga tiket pesawat kembali ke normal ya biar semua orang bisa menikmati mudahnya naik pesawat terbang 🙂
#18thdayRamadhanChallenge
16 Comments. Leave new
Sedih lho saya melihat harga pesawat domestik yang mahal banget sekarang ini. Saya sih gak naek pesawat ya mudik. Tapi kasian temen-temen saya yang dari luar pulau jawa. Sebalik aja ada lho yang bisa nyampe sebesar satu kali gaji UMR. Akhirnya banyak teman yang terpaksa gak mudik lebaran ini.
Ya betul sekali mas, bnyk yg ga bisa mudik pake pesawat saat ini, mudah2an bisa segera turun ya
Kalau lebaran biasanya saya menggunakan sepeda motor. Belum pernah menggunakan bus, habis tiketnya susah didapat. Penuh terus.
Wah hebat masnya, klo saya gak kuat mudik pake motor kawatir masuk angin
Ngebayangin mudik naik kapal laut sampai ke Medan dan melewari beberapa pulau dan kepulauan rasanya asyik, tetapi entah apa saya akan bisa menikmatinya. Mabuk laut belum pernah dialami. Paling suami yang pernah naik kapal laut da asalnya dari Lampung meski tanah leluhurnya di kampung kami ini.
Saya pernahnya mudik naik kereta yang disambung angkot, elf, bahkan bus kala pulang kampung. Kalau dari Bandung ke Blubur Limbangan enaknya naik kereta disambung angkot ke terminal. Gak bikin pusing dan ngerasain macetnya juga tak terlalu lama dibanding elf dari Terminal Cicaheum.
Pernah juga pulang kampung selamanya dari Cigombong, Bogor. Mana tahan berangkat sebelum subuh nyampe jelang isya da terjebak macet. Untung Palung yang umurnya 2 tahun lebih tak rewel. Duduk manis dan lucunya tak mau pipis di diaper. Anak lain malah ada yang menangis.
Mbak Iid akan mudik nantinya? Saya mah tak perlu pulang kampung da sudah tinggal di kampung, ha ha.
Alhamdulillah palung ga rewel ya, kalo sekarang saya mah gak mudik mba, kakek neneknya di medan semua 😀
Kalau ingat acara mudik buat lebaran, selalu excited. Padahal badan rasanya sudah remuk, apalagi kalau harus ganti transportasi.
Iya bener mba, resiko mudik macem2 ya
Kl pesawat menjadi alternatif terakhir krn tarif tiketnya terlalu mahal. Tinggal naik kereta api yg belum, sy kira kereta api msh transportasi terfavorit utk mudik. Pengalaman mudik yg menegangkan tp menyenangkan..
Di kampung saya ga ada kereta api mas, paling ngerasain krl saja saya mah
Aaa bener mbak kalau di bis bisa nonton video klip dangdut, hihihi. Cuma saya mesti ngeri kalau naik bis pas lewat jalan menurun, rasanya kayak gimana gitu 😀 saya belum pernah naik kapal laut, kayak beneran berlayar gitu ya mbak di film film, sampai berhari hari baru sampe 😀
Dinikmati saja mba klo naik kapal, anggap aja seperti naik kapal pesiar yg mewah itu wkwk
Kalau mudiknya bukan pas high season prefer naik mobil pribadi tp kalau high season kaya lebaran ini pengennya naik pesawat aja, cepet, ga macet, tp harganya selangit, nyesek banget haha
Betul mba tapi yah dinikmatin aja deh naik mobil daripada gak mudik hehe
Belum pernah dengan bus saya. Yang berkesan dengan kapal laut. Tiba di kampung tepat lebaran dan kita sholat id di kapal.
Pengalaman tak terlupakan ya, pas hari spesial malah masih di kapal 🙂