
Siang itu saya, anak dan saudara saya sedang berjalan jalan mengelilingi kota kecil Tanjung Pura tempat saudara saya tinggal.
Perjalanan ke Tanjung Pura dari kota Medan hanya memakan waktu tempuh 2 jam saja. Bisa dengan menggunakan kendaraan pribadi atau menggunakan kendaraan umum seperti KPUB atau Murni tujuan ke Pangkalan susu dengan tarif Rp 24000 pulang pergi.
Selagi saya mampir ke Tanjung Pura, ada tempat yang memang ingin saya kunjungi selama ini yang dulunya saya dan keluarga hanya melewatinya saja saat melakukan perjalanan menuju Pulau Kampai kampung halaman tercinta.
Tempat itu adalah Mesjid Azizi, mesjid peninggalan Kesultanan Langkat yang masih tetap kokoh berdiri hingga saat ini. Menjadi saksi bisu di setiap kejadian yang ada dan juga lalu lalang para peziarah yang ingin mengunjungi makam kesultanan Langkat.
Mesjid Azizi terletak di dalam kota Tanjung Pura, Kabupaten langkat. Berada di pinggir jalan lintas Sumatera yang menghubungkan kota Medan dan Banda Aceh, sehingga lokasinya pun mudah dikenali.
![]() |
Teras Mesjid Azizi : dokpri |
Mesjid Azizi dibangun pada tahun 1889 oleh Sultan Langkat Haji Musa dan selesai pengerjaannya di tahun 1902. Mesjid ini diresmikan oleh Sultan Abdul Aziz Djalil Rachmat syah, di sinilah nama Mesjid Azizi ini berasal.
Mesjid ini secara arsitektural di pengaruhi oleh gaya Ottoman turki dan Timur Tengah dari sisi serambi dan kaligrafi di pintu terasnya.
Ada kesamaan antara Mesjid Azizi dengan Mesjid Raya Medan ( Mesjid Al-Mashun ) dan Mesjid Al-Osmani yang berada di jalan Yos Sudarso Medan. Yaitu bentuk kubah berwarna hitam yang khas dan juga warna cat dinding yang berwarna kuning, kuning keemasan dan hijau. Menurut warga melayu ada makna dari warna warna ini.
![]() |
Berpose di teras masjid (dokpri) |
Warna hijau melambangkan kesuburan dan kemakmuran. Warna kuning melambangkan kesucian. Bisa juga bermakna di jaman kesultanan melayu hanya boleh dipakai oleh para raja/sultan melayu. Demikian juga dengan warna kuning keemasan yang melambangkan kejayaan dan kemegahan, yang mana hanya keluarga raja/sultan yang bisa menggunakannya.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Mesjid seperti Mesjid Azizi, Mesjid Raya Medan dan Mesjid Al Osmani memberikan pengaruh kuat kepada rakyat dengan memberikan kemakmuran dan kejayaan karena dibangun dan diawasi langsung oleh Kesultanan pada masa pendiriannya.
Makam keluarga Kesultanan dan Pahlawan Nasional
![]() |
Makam keluarga inti Sultan Langkat (Dokpri) |
Seperti yang kita ketahui, pada jaman dulu makam selalu berdekatan dengan mesjid yang didirikan. Begitu pula dengan Mesjid Azizi ini, disebelah kiri pelataran masjid apabila dilihat dari pintu gerbangnya, terdapat sejumlah kompleks makam kesultanan Langkat. Pada kompleks makam di dalam yang ditandai oleh atap berkubah dan diberi tahta seperti mahkota terdapat makam keluarga inti kesultanan Langkat. Sedangkan pada bagian luar yang tidak disertai atap diatasnya berisi makam keluarga kerabat dekat kesultanan dan juga makam seorang pahlawan nasional yaitu Tengku Amir Hamzah.
![]() |
Makam pahlawan nasional Amir Hamzah (dokpri) |
Tengku Amir Hamzah begitu terdengar akrab ditelinga kita karena beliau adalah salah satu penyair Pujangga Baru. Meski dikenal sebagai seorang tokoh sastrawan pejuang yang namanya dikenal oleh dunia. Amir Hamzah pun juga berasal dari generasi ke-10 keluarga kesultanan Langkat. Sekembalinya dari pendidikan sekolahnya di Solo, ia pun diminta untuk kembali ke Langkat guna mengabdi pada kesultanan Langkat dengan menjadi pejabat pemerintahannya.
Amir Hamzah wafat karena terjadinya revolusi sosial yang digerakkan oleh faksi partai komunis hingga kemudian ia pun dimakamkan dalam makam keluarga kesultanan Langkat dan diberi gelar sebagai pahlawan nasional.
Baca juga : Liburan ke Banda Aceh
Balai Pustaka yang Terlantar
Amir Hamzah wafat dan meninggalkan sejumlah karya sastranya yang tersohor. Hingga pemerintah setempat pun turut memberinya penghargaan dengan membangun gedung museum dan perpustakaan wakaf dari H.Tengku Alwin Aziz yang bernama “Balai Pustaka Tengku Amir Hamzah” yang tepat berdiri di sebelah kanan pelataran Mesjid Azizi.
![]() |
Balai Pustaka Tengku Amir Hamzah ( Dokpri ) |
Isi museum dan perpustakaan tersebut berisi peninggalan koleksi karya sastra juga dokumentasi foto beliau sendiri di masa lalu. Namun sekarang karya sastra beliau sebagian telah berpindah tangan dan tidak tau dimana keberadaannya. Yang tinggal hanyalah beberapa dokumentasi foto yang masih terpampang di dinding. Tampak dari balik jendela kondisi perpustakaan dan bahan pustaka yang tidak terawat dengan baik dan berdebu tebal.
![]() |
Penampakan isi balai pustaka (dokpri) |
Sungguh disayangkan melihat kondisinya saat ini, seperti layaknya perpustakaan yang ada di mesjid pada umumnya yang tidak terawat, begitupun juga nasib Balai Pustaka yang satu ini.
Saya berharap mudah mudahan Balai Pustaka Tengku Amir Hamzah ini mendapat perhatian yang layak dari pemerintah dan kembali beroperasi untuk dibuka lagi agar para pengagum sastra Amir Hamzah dapat melihat dari dekat koleksi pustaka tersebut dan melestarikan keberadaannya.
Sumber :
id.wikipedia.org/mesjid_azizi
id.wikipedia.org/amir_hamzah
23 Comments. Leave new
Nahhh bener sekali tuh, harus selalu dijaga dan dirawat agar selalu terjaga kelestariannya… Apalagi sekarang sangat sulit sekali orang sejarahawan, satu-satunya mencari sumber yang real bisa melalui tempatnya langsung, apalagi ada museumnya seperti itu pasti lengkap banget
Iya betul sekali mas, yg namanya peninggalan itu harus kita jaga
Ajak saya ke sini, kaaaak, ajaaaak. Masjid ada museum dan pepustakaannya juga. Komplit.
Hayuk kak ke medan 🙂
Sayang ya gedung perpustakaannya terlihat kurang perawatan begitu .., terkesan spooky.
Semestinya direnov ulang, misal ada bukaan jendela biar kelihatan terang.
Duuh, kenapa aku mendadak jadi seolah arsitek betulan gini, yaaa … 😀
Iya benar mas banyak yg harus dibenai gedung perpustakaannya karena kan pasti dilihat terus sama pengunjung. Bisa jadi ahli arsitek juga mas 🙂
Cantik majidnya.
Iya kak mirip ya dengan masjid Zahir di Kedah Malaysia 🙂
jadi mesjid kayak tempat wisata sekarang yaa 😀
Iya mas kalo mesjid yg sudah lampau dan terkenal ya efeknya pasti seperti itu 🙂
Eh,eh,eh cantik nian tempatnya, semoga terus dirawat sampai generasi-generasi berikutnya biar bisa jadi sejarah bangsa
Aamiin YRA
Dominan warna kuning yah. Sama seperti yang di pontianak. Istana dan masjidnya dominan warna kuning
Aura menarik sangat kental dari masjidnya.. Dan sepertinya nyaman dan sejuk kawasannya meski bekas peninggalan kesultanan tetapi tetap elegan..😄😄
sayang sekali balai pustakanya mbak, padahal itu adalah saksi dan bukti sejarah, serta karya para pendahulu kita
Kalau nama Amir Hamzah, sudah pasti saya tahu. Jaman saya kuliah, saya sering baca-baca buku sastra terbitan Balai Pustaka. Sayang sekali balai pustaka di sini nggak dirawat, ya. Padahal perpustakaan itu salah satu jendela dunia.
Iya sangat disayangkan mba
wahhh best nyaa…. datang ke sini bukan sahaja dapat beribadah tetapi juga dapat kenal sejarah
luar biasa ya kak peninggalan sultan masih terjaga dengan baik, harus dirawat dengan baik agar tidak rusak karena merupakan situs bersejarah ya kak 😉
Sayang sekali ya mbak kalau tidak dirawat :" kayak kasihan gitu melihat barang peninggalan bersejarah yang tidak diurus dengan baik :"
luas ya masjidnya, cantik juga desainnya
melihat warnanya td, sekilas memang mirip sama masjid yg di medan itu, ternyata masih bersinambungan mengenai historynya
keren nih, adem banget pasti ya.. di masjid sekitar rumahku juga ada balai perpustakaan itu kak, tapi sama nggak terawat..
artikel ini membuat pemikiran saya menjadi lebih terbuka, artikel ini pula memperbanyak pandangan saya, mudah-mudahan ada beberapa artikel lainnya dicatat oleh penulis ini, supaya pemahaman saya terus makin bertambah, saya mau mengucapkan terima kasih pada penulis artikel ini