Kota Palembang adalah kota tujuan keluarga kecil saya untuk berlibur akhir tahun.
Liburan kami (saya dan keluarga kecil) semata mata untuk berekreasi saja bukan khusus untuk merayakan pergantian tahun baru dengan hura hura dan sebagainya. Lagian jatah suami saya berlibur ya cuma 2 hari saja, tanggal 31 Desember dan tanggal 1 Januari jadi sayang dong kalau jatah libur tidak dimanfaatkan dengan sebaik baiknya.
Kami berangkat ke kota Palembang pukul sebelas siang dengan menggunakan mobil Travel. Jarak tempuhnya adalah sekitar 2-3 jam perjalanan. Mobil travel yang kami naiki bukan mobil travel pada umumnya tetapi mobil pribadi warga yang sedang dalam perjalanan menuju kota Palembang juga. Biaya perorang untuk menaiki mobil travel adalah Rp 25ribu per-orang.
Tansportasi umum dari kota kecil Kayu Agung ke kota besar Palembang jumlahnya terbatas dan itupun hanya satu jenis saja, yaitu Bis Damri. Menurut saya ini adalah kelemahan dari fasilitas umum pemerintah setempat dimana transportasi umum sangatlah penting sebagai alat penghubung kota besar ke kota kecil lainnya.
Untunglah perjalanan kami dari Kayu Agung ke Palembang tidak mengalami kemacetan atau masalah yang berarti sehingga sampai ke tujuan pun tidak mengulur waktu yang lama. Sesampainya kami ke Palembang pukul dua siang, turun dari mobil travel kami makan sebentar di warung makan padang, lalu menaiki mobil Gocar yang memang cuma ada di kota kota besar. Bersyukurlah ada transportasi seperti Gocar atau Grab, mau kemana mana di dalam kota insyaallah sampe deh karena sistem google mapsnya terbaca dengan baik.
Lihat juga : Pengalaman Naik LRT Palembang
Keindahan Kota Palembang
Tujuan pertama kami ketika sampai ke kota Palembang adalah menuju tempat menginap terlebih dahulu. Tempat menginapnya sudah beberapa hari yang lalu saya pesan melalui Airy Rooms.
Airy Rooms adalah jaringan layanan hotel yang bermitra dengan berbagai hotel budget di seluruh Indonesia. Hotel yang kami tempati adalah Hotel Homestay82 atau kalau dari menunya Airy Rooms adalah Airy Syariah Ilir Timur Dua Gersik Lorong Katu . Salah satu hotel syariah yang menyediakan layanan hotel berbujet murah untuk menginap. Mengenai reviewnya, hmm akan saya ulas di blogpost selanjutnya karena ada cerita khusus tentang ini.
Mengunjungi Monpera, Benteng Kuto Besak & Mesjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin
Beristirahat sejenak di dalam hotel sampai sore hari, kemudian jam 5 sore kami pun bergerak ke luar hotel menuju tempat kami berjalan jalan selanjutnya. Tujuan pertama kami adalah ke Monpera (Monumen Perjuangan Rakyat) Monpera adalah salah satu landmarknya kota Palembang. Monpera dibangun untuk mengenang sejarah perjuangan tentara Palembang dalam mempertahankan kemerdekaan dari penjajah.
Sayang, kami tidak bisa mendekati Monpera karena pada saat itu sedang ada acara apel gabungan polisi untuk mengamankan malam tahun baru. Banyak sekali pasukan polisi yang berkumpul untuk apel ini, ya sudah deh, kami hanya melihat dari kejauhan saja dan memfoto kegiatan pak polisi dengan diam diam, ehehe maaf ya pak. Tujuan kami selanjutnya adalah ke Benteng Kuto Besak.
Monpera ditutup untuk apel gabungan |
Benteng Kuto Besak (BKB) adalah bangunan keraton pusat kesultanan Palembang yang berdiri pada abad ke 18. Dari dulu Benteng Kuto Besak sering dipergunakan untuk tempat berdagang antar warga. Tapi sejak pembukaan Asean Games 2018 lalu, lapangan BKB yang biasa disebut oleh warga Palembang Plaza BKB ini dibersihkan untuk sementara dari aktivitas berdagang para penjual makanan dan asongan. Kecuali untuk malam tahun baru ini plaza BKB kembali dibuka untuk berjualan dan dipadati ribuan warga.
Berfoto di depan Benteng Kuto Besak |
Lapangan/Plaza BKB yang besar disulap seperti layaknya pasar malam yang menjual beragam makanan, aksesoris, baju dan mainan anak anak. Semua warga yang ingin merayakan suasana malam tahun baru pada berdatangan dan berkumpul di dalam plaza BKB ini.
Suasana Plaza BKB |
Suasana Plaza BKB |
Warna warni mainan |
Dengan berjalan kaki kami dari Monpera ke BKB, cuci mata melihat beragam jualan, lalu beli cemilan kerak telor, makan sebentar kemudian jalan sebentar ke Mesjid Agung Palembang atau nama aslinya Mesjid Sultan Badaruddin untuk melaksanakan sholat magrib. Mesjid kebanggaan wong kito galo warga Palembang ini dipengaruhi oleh 3 gaya arsitektur Indonesia, cina dan eropa. Dari atapnya masih mempertahankan ciri khas budaya cina yang mirip seperti Kelenteng. Sedangkan pintu gerbangnya berciri khas gaya eropa. Tak banyak yang bisa saya ceritakan tentang mesjid ini karena hanya sebentar saja singgah dan lagipula perut kami sudah keroncongan.
Mesjid Agung Palembang – Pic from Google maps |
Sehabis dari Mesjid Agung Palembang kami kembali lagi ke Plaza BKB berjalan kaki untuk mencari makan malam yang murah meriah, ada banyak pedagang yang menjual makanan disana, ada pempek, mie tek tek, nasi goreng, sate padang, bubur ayam khas palembang, kerak telor, otak otak, jasuke, dll. Semuanya di banrol dengan harga yang murah dari 5ribu sampai 10ribuan.
Makan mie tektek dan Jasuke |
Puas makan di tempat, kami berjalan menuju patung/ikon ikan belida yang dibangun di plaza BKB, ikon baru kota Palembang. Niat untuk berswafoto di ikon baru tersebut gagal karena banyaknya orang yang berlalu lalang. Lalu kami berjalan ke depan lagi menuju tepi plaza, yaitu sungai musi (river side) melihat pemandangan sungai musi dimalam hari. Kebetulan air sungai lagi pasang jadi kami dapat melihat dengan jelas ketinggian sungai musi dari tepi Plaza BKB.
Ikon Ikan Belida |
Museum Sultan Badaruddin di antara Monpera & BKB |
Atraksi para penjaja seni |
Pemandangan Jembatan Ampera dari Plaza BKB |
Dari kejauhan kami melihat juga keindahan jembatan Ampera dengan lampu hiasnya bernuansa merah. Dari pemandangan inilah nantinya pesta kembang api akan diadakan dan dipasang dengan berlatarkan Jembatan Ampera dan Sungai Musi tentunya. Sayangnya kami gak bisa lama lama di plaza BKB ini, rasa ngantuk menyerang membuat kami menyerah untuk melihat pesta kembang api jam 12 malam nanti.
Pesta kembang api – Pic from @yoy.18 |
Jam 10 malam akhirnya kami kembali ke hotel. Rencananya kami akan berjalan kaki ke hotel mengingat jalanan mungkin dalam keadaan yang macet. Tapi ternyata tidak seperti yang kami kira. Jalanan kota masih terlihat lengang. Di tengah tengah perjalanan yang lengang yang hampir 1 Km kami lalui badan dan kaki terasa pegel sekali, mau dipaksain jalan kaki lagi pun sudah tak sanggup. Akhirnya kami pun memesan Gocar.
Lihat juga : Jalan ke Pasar Malam Kayu Agung
Ahh lega begitu sampai hotel, langsung rebahan dan membuka hp untuk mengedit foto buat blog post. Walaupun badan sudah lelah, mulut terus menguap, dan mata sudah mau 5 watt tetap juga gak bisa terpejam, rupanya hati masih menunggu pesta kembang api yang akan dimulai jam 12 teng.
Duar..duar..duar!.. Tup..tup..tup, terdengar suara berisik dari luar jendela, pesta kembang api telah dimulai dari segala penjuru tempat. Melihat pesta kembang api tersebut walau hanya dari balik jendela kamar lantai 3 membuat saya tersenyum puas karena rencana jalan jalan hari ini berjalan dengan baik.
Besok rencana tanggal 1 Januari 2019 untuk berjalan jalan telah disusun dengan matang, mudah2an list yang sudah disusun dapat berjalan dengan baik juga. Hoahemm..akhirnya saya pun tertidur..
Tapi ternyata saya tidak bisa tidur sepenuhnya..karena..suara itu membuat saya kesal..
Bersambung..
3 Comments. Leave new
icon Palembang kalau malem indah banget ya mbak 😀
harga kulinernya juga ngga mahal just 5 ribu sampai 10 ribuan, wah pasti yang berkunjung kesana bakalan nyaman ya mbak..
Apalagi mpek mpeknya .. kalau sekarang mah yang jual mpek mpek keliling udah banyakk ya, ngga perlu jauh jauh ke Palembang,, namun tetep yang ori mungkin ada sensasi dan cita rasa tersendiri..
Terima kasih atas kunjungannya, klo disini pempek yg jualan hampir setiap toko dari pagi sampe malam disuguhi pempek herannya saya tetap tidak bosan
Alhamdulillah cantiknya, sampe juga ya bu ke palembang